Peran Alumni Dan Mahasiswa Sebagai Pemuda Pelopor Dalam Membangun Jiwa Wirausaha Masyarakat

Proses pembangunan di negara-negara yang sedang berkembang tidak semuanya berjalan mulus. Banyak negara-negara yang sedang berkembang mengalami kesulitan didalam proses pembangunannya.

Apabila negara-negara di dunia berdasarkan besarnya pendapatan per kapita dibagi dalam tiga golongan yaitu negara dengan pendapatan rendah (LowIncome Countries), berpendapatan menengah (MiddleIncome Countries) dan berpendapatan tinggi (HighIncome Countries). Negara yang sedang berkembang yang mulus proses pembangunannya yaitu negara-negara yang mula-mula merupakan negara berpendapatan rendah kemudian masuk kegolongan negara berpendapatan menengah dan berkembang mendekati negara-negara yang berpendapatan  tinggi.

Banyak negara-negara yang sedang ber-kembang yang tidak mengalami perubahan pembangunannya, menetap di golongan negara yang berpendapatan rendah. Ada juga negara yang berhasil masuk kegolongan berpendapatan menengah, akan tetapi tetap berada di golongan negara berpendapatan menengah dan tidak ada tanda-tanda untuk berkembang memasuki kegolongan negara-negara berpendapatan tinggi.

Negara-negara yang menetap di golongan negara berpendapatan rendah sering disebut negara-negara yang terjebak dalam “Low Level Equilibrium Trap” atau jebakan ekuilibrium tingkat pendapatan rendah.

Gejala low level equilibrium trap, apabila faktor-faktor pendorong /push factor pembangunan diikuti dengan kekuatan faktor penarik/pull factor yang lebih besar, sehingga perekonomian yang mula-mula sudah ada tanda-tanda lepas landas/ take off kembali kelandasan.

Penyebab “Low Level Equilibrium Trap” beragam, dari mulai faktor sosial, budaya, politik dan ekonomi. Gejala yang paling banyak di jumpai apabila pertumbuhan ekonomi disertai dengan peningkatan konsumsi dan impor barang­barang konsumtif atau yang disebut “Demonstration Effect” yaitu meniru pola konsumsi dari negara-negara yang sudah maju. Akibat dari demonstration effect timbulnya gap/kesenjangan antara investasi dan saving (Investment-Saving Gap) yaitu saving/penabungan masyarakat menujuk-kan gejala-gejala yang menurun sehingga investasi menurun, akibatnya tingkat produk-tivitas menurun disemua bidang.

Disamping saving-investment gap, juga sering mengalami fiscal gap yaitu penurunan penerimaan yang berasal dari pajak, yang ditutup dengan pin jaman balk dari dalam maupun luar negeri.

Aspek kesenjangan/Gap yang ketiga ialah export-import gap yaitu defisit pada neraca transaksi berjalan (komoditi dan jasa). Dampak kesenjangan investasi­penabungan, fiskal dan neraca transaksi berjalan biasanya diikuti dengan jebakan hutang luar negeri atau “Debt Trap”.

Negara-negara yang sudah terjebak dalam “Debt Trap”akan selalu mencari dana/hutang untuk pembayaran bunga dan cicilan yang semakin besar. Negara yang terjebak dalam Debt Trap sebenarnya merupakan negara pengekspor modal ke negara-negara maju.

Negara yang berhasil memasuki negara berpenghasilan menengah, banyak juga yang terjebak dalam “Middle Income Trap.

Pada umumnya negara-negara yang ter jebak adalah negara yang dianugerahi sumber daya alam yang melimpah.

Negara-negara tersebut sering terkena apa yang disebut “Curse of Natural Resources Abundance/ kutukan sumber daya alam yang melimpah atau disebut juga : “Dutch Diseases”, yaitu dengan mengekploitasi sumber daya alam yang melimpah menyebabkan kurangnya motivasi untuk mengembangkan sektor-sektor ekonomi lainnya yang berbasis teknologi, sehingga tidak ada pengembangan : “human capital”/modal manusia. Biasanya industri di negara-negara tersebut berbasis teknologi rendah, sedang masyarakatnya mendapatkan penghasilan dari sektor tradisional atau industri yang berbasis tenaga kerja tidak terampil (Unskill Labour).

Negara yang terjebak dalam middle income trap, ekspor dari sektor skills-based labour sangat terbatas, sehingga tidak dapat menyesuai-kan dengan permintaan pasar dunia yang sangat dinamis untuk produk-produk yang berlandaskan skill based export manufacturing. Apakah negara kita terjebak dalam middle income trap, penelitian prof. Ian Cox dari universitas Wisconsin mengkonstatir Indonesia terjebak dalam middle income trap.

Apabila kita perhatikan balk negara-negara yang terjebak dalam low level equilibrium trap maupun midle income trap, negara-negara tersebut tidak pernah memiliki program untuk mengembangkan sumber daya manusia khusus pengembangan kewirausahaan.

Berdasarkan pengamatan di negara tersebut pengembangan wirausaha­wirausaha terutama wirausaha-wirausaha baru masih terjebak oleh masalah-masalah budaya dan birokrasi peme-rintah, seperti perizinan usaha, perkreditan dan infrastruktur.

Masalah budaya yaitu persepsi dari masya-rakat pada umumnya yang memandang status wirausaha yang Iebih rendah dibandingkan misalnya dengan pegawai negeri.

Bagaimana mengenai peran kewirausahaan dalam pembangunan ? Berikut adalah kata-kata yang saya kutip dari Serenidad F.Lavador, peneliti masalah pembangunan dari Technonet-Asia : “Entrepreneurship is essential to national wealth-building. It is not enough for a country to have land, labour, capital and natural resources. It needs the talent, ability and drive of the entrepreneur to turn these resources into profitable enterprise”.

Menjadi jelas kiranya meskipun negara kaya sumber daya alam tetapi akan tetap ada dalam golongan negara berpendapatan rendah apabila tidak memiliki wirausaha yang mampu mengolah sumber daya alam tersebut untuk kesejahteraan negaranya.

Mengenai persyaratan “take-ofr /lepas landas di jelaskan oleh Rostow : “Economic growth is the result of an interesting process involving the economic, social and political sectors of society, including the emergence of a corps of

entreprenuers who are psychologically motivated and technically prepared regularly to lead the way in introducing new production function in the economy’.

Rostow menyebut dengan jelas peran wirausaha dalam pertumbuhan ekonomi, termasuk dalam take off menjadi self-sustained growth.

Tentu timbul pertanyaan mengapa wira-usaha diperlukan untuk suatu perekonomian untuk take off dan mencapai self sustained growth.

Menurut salah satu definisi wirausaha adalah seseorang yang selalu mencari peluang-peluang baru dan mewujudkan peluang-peluang itu menjadi usaha yang bermanfaat bagi masyarakat dan dirinya.

Dengan kemampuan mewujudkan peluang-peluang baru menjadi usaha yang berhasil maka seorang wirausaha seperti telah diteliti merupakan :

  1. Pencipta lapangan kerja baru baik bagi dirinya maupun bagi orang lain.
  2. Pencipta penghasilan baru balk bagi dirinya maupun bagi masyarakat.
  3. Pembayar pajak baru yang sangat diperlukan oleh pemerintah untuk pembangunan infrastruktur, pendidikan dan kesehatan.
  4. Penghasil devisa bagi wirausaha yang bergerak dibidang ekspor.
  5. Pemutar roda ekonomi karena kegiatannya antara lain dalam produksi dan pemasaran.
  6. Pendorong lahirnya wirausaha baru.
  7. Sumber dan pengguna kreativitas dan inovasi sehingga dapat menghasilkan pembaharuan dalam segala bidang seperti antara lain dalam bidang produksi, manajemen dan pemasaran.
  8. Pelaku fungsi sosial, yaitu melaksanakan corporate social responsibility. Seperti pendirian fasilitas pendidikan, kesehatan, keagamaan yang dibangun oleh perusahaan swasta.

Setelah mengetahui peran wirausaha dalam pembangunan bagaimana menghasilkan wirausaha-wirausaha baru. Kite ketahui untuk menghasilkan wirausaha-wirausaha baru tidak dapat dipaksakan, akan tetapi harus berasal dari kemauan sendiri dan didukung oleh faktor eksternal, karena itu kebi jakan­kebi jakan yang dapat mendorong tumbuhnya wirausaha-wirausaha baru:

  1. Pendidikan dan pelatihan balk secara formal ditingkat sekolah menengah sampai perguruan tinggi maupun pendidikan non-formal. Pendidikan dijadikan pemicu atau triggering event yang dapat memotivasi pars remaja untuk menjadi wirausaha-wirausaha baru. Pendidikan non-formal dapat dilaksanakan melalui pendiriann inkubator bisnis, yaitu lembaga pelatihan kewirausahaan, bi beberapa negara seperti di Thailand, Vietnam pendirian inkubator bisnis menyebar sampai ketingkat daerah.
  2. Menyederhanakan perizinan pendirian perusahaan baru ( kebi jakan satu atap).
  3. Menyederhanakan prosedur perkreditan untuk pendirian perusahaan­perusahaan baru.
  4. Memfasilitasi calon-calon wirausaha akses kepada hasil-hasil penelitian balk dari universitas maupun lembaga-lembaga lain seperti LIPI, dan informasi khususnya informasi pemasaran.
  5. Pembangunan infrastruktur terutama enerji/kelistrikan.

Kebijakan-kebijakan tersebut telah dilaksanakan di berbagai negara termasuk di negara-negara bekas Uni Soviet dan ternyata sangat ampuh dalam mendorong jiwa kewirausahaan dan tumbuhnya perusahaan-perusahaan baru, termasuk di kalangan lulusan perguruan tinggi.

Fokus pembinaan kepada lulusan perguruan tinggi mempunyai alasan-alasan khusus yang jadi perhatian dari beberapa negara :

  1. Lulusan perguruan tinggi memiliki pengetahuan dan wawasan yang Iebih luas sehingga memungkinkan menjadi Technopreneur, yaitu wirausaha yang berbasis ilmu dan teknologi sehingga dapat mempunyai keunggulan.
  2. Lulusan perguruan tinggi memiliki kemampuan yang Iebih baik dalam menghadapi risiko dan cara-cara untuk mengatasinya.
  3. Lulusan perguruan tinggi memiliki kemampuan yang Iebih tinggi dalam memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang disediakan pemerintah.
  4. Lulusan perguruan tinggi dapat Iebih mudah untuk mempelajari hal-hal yang baru.
  5. Khusus keadaan di Indonesia, pengangguran lulusan perguruan tinggi sudah sangat mengkhawatirkan ditaksir telah melebihi 1.000.000 orang.

Berdasarkan alasan-alasan dan fakta-fakta tersebut seyogianya lulusan perguruan tinggi men jadi pelopor untuk menjadi wirausaha-wirausaha baru men jadi pencipta lapangan kerja baru bukan menjadi pencari kerja.

Permasalahan yang dihadapi apakah perguruan tinggi dapat men jadi wadah untuk menghasilkan wirausaha-wirausaha baru ? jawabannya belum tentu. Universitas tradisional dimana kegiatan utamanya, mengajar, mentransfer ilmu-ilmu yang telah ada kepada peserta didik, menurut beberapa pakar tidak mungkin menjadi wadah/organisasi untuk menghasilkan wirausaha-wirausaha yaitu wirausaha-wirausaha inovator.

Agar suatu perguruan tinggi menjadi penghasil wirausaha-wirausaha baru universitas tersebut harus merubah visi dan misinya, yaitu bukan hanya sebatas sebagai “Learning Institution” atau “Research University”, akan tetapi melangkah lebih maju, bagaimana menerapkan hasil pendidikan/pengajaran dan penelitian untuk kepentingan dunia usaha atau menjadi “Entrepreneurial Univeristy”. Seperti telah direspon oleh Massachusetts Institute of Technology (MIT) yang telah menjadi “Entrepreneurial University” sebagai berikut : MIT scientist, engineers and managers believe that is not enough merely to invent a new product, concept or technology, the measure of success is global commercialization and widespread acceptance of their innovations. This mission of the MIT entrepreneurship center is to train and develop managers who will make high tech ventures succesfull. To that end, we offer educational programs to inspire, train and coach new generation of entrepreneurs of all part of MIT”.

Seperti telah dilaporkan MIT sejak tahun 1980 sampai dengan 1996 telah menghasilkan wirausaha-wirausaha/para alumni dengan mendirikan 4.000 perusahaan dengan membuka lapangan kerja bagi 1,1 juta orang.

Ada beberapa kebijakan strategis yang dapat dilakukan dalam rangka menuju Entreprenurial University(Universitas penghasil technopreneur):

  1. Mendirikan inkubator bisnis yang berbasis teknologi/ Technology Business Incubator (TBI). TBI berfungsi untuk memfasilitasi para mahasiswa yang ingin menjadi wirausaha. TBI didalam menyusun strategi menghasilkan wirausaha-wirausaha baru bekerjasama dengan laboratorium-laboratorium yang ada di Universitas, dengan lembaga-lembaga pengembangan teknologi di luar Universitas (misalnya dengan LIPI) dan juga dengan lembaga keuangan (Perbankan). Mentoring didalam menghasilkan wirausaha dapat oleh dosen­dosen yang telah berpengalaman dalam dunia bisnis atau oleh wirausaha­wirausaha. Tugas dari TBI tidak terbatas sampai kepada tahap start-up, tetapi sampai perusahaan tersebut dapat mencapai pengembangan (Development) clan pertumbuhan (Growth). Inkubator Bisnis biasanya dipimpin oleh seorang Guru Besar, tugas utamanya membimbing para tenant (sebutan untuk para mahasiswa/alumni di inbubator) mempersiapkan business plan.
  2. Mendirikan Pusat Koordinasi Penelitian. Lembaga ini bertugas menyusun kebijakan penelitian. Lingkup penelitian diperluas tidak hanya terdiri dari “Basic Research” saja, akan tetapi meliputi penelitian-penelitian terapan yang mempunyai nilai komersial. Lembaga ini juga bertugas mensosialisasikan hasil­hasil penelitian dari berbagai laboratorium atau fakultas kepada para tenant TBI, dunia usaha , industri dan masyarakat luas.
  3. Memasukkan Kewirausahaan kedalam kurikulum. Penyelenggaraan kuliah kewirausahaan dapat diasuh oleh salah satu Fakultas, yang dapat diikuti oleh semua mahasiswa dari berbagai fakultas, atau diintegrasikan kedalam mata kuliah tertentu yang relevan, atau di jadikan studium generale ditingkat universitas. Metode pemberian kuliah kewirausahaan masih terus berkembang. Hal ini terkait dengan pemahaman wirausaha/kewirausahaan yang masih beragam. Keragaman tersebut tidak perlu menjadi rintangan untuk penyusunan kuliah atau silabus kewirausahaan. Cowl berbagai pemahaman tentang kewirausahaan dan penelitian tentang keberhasilan mendirikan usaha. Pada dasarnya dua faktor yang perlu dipahami don dikuasai : Pertama, nilai-nilai intrinsik/karakteristik dari seorang wirausaha clan kedua, ketrampilan. 5ifat intrinsik kewirausahaan seperti keuletan, kemauan untuk menjadi pemenang, keberanian untuk mengambil risiko (yang telah diperhitungkan), kreativitas, keinovatifan, dan lain-lain depot ditingkatkan melalui berbagai pelatihan seperti pelatihan N-Achievement, Role Model dan sebagainya. Sedangkan untuk meningkatkan ketrampilan depot diberikan materi-materi mengenai negosiasi, networking dan berbagai aspek mengenai manajemen, seperti manajemen pemasaran, keuangan, dan lain-lain.

Metode perkuliahan kewirausahaan dititikberatkan untuk memotivasi agar pars mahasiswa mau memilih kewirausahaan sebagai karier hidupnya, disamping untuk memahami disiplin ilmu kewirausahaan. Perkuliahan harus dirancang sehingga seorang mahasiswa siap menjadi wirausaha. Salah satu sifat wirausaha yang paling mendasar adalah sifat kreativitas dan keinovatifan, kemampuan memanfaatkan peluang dan memecahkan masalah. Karen itu pemahaman dan penguasaan metode untuk mengembangkan kreativitas merupakan dasar seluruh perkuliahan kewirausahaan.

  1. Menjalin kerjasama penelitian dengan dunia usaha/industri. balam rangka menuju Entrepreneurial University, menjalin kerjasama dengan dunia usaha/industri merupa-kan wahana bagi universitas untuk depot mengaplikasikan hasil-hasil pendi-dikan dan penelitian kepada dunia usaha. Kerjasama ini membawa dampak positif bagi kedua belch pihak. bunia usaha/ industri akan mendapat hasil-hasil penelitian dan akses kepada laboratorium Universitas. Bagi Universitas memudahkan untuk misalnya pemagangan bagi calon-calon wirausaha.
  2. Di samping hal-hal tersebut diatas ado berbagai kegiatan yang depot mendorong tercapainya Entrepreneurial University seperti mendorong pembentukan kelompok-kelompok mint mengenai kewirausahaan oleh pars mahasiswa/dosen seperti The Harvard Entrepreneurs Club, Young Entrpreneur Society (YES) di UNPAD. Mendorong pars dosen untuk mendalami kewirausahaan (Magister, Ph.D, dalam kewirausahaan), mengadakan seminar-seminar kewirausahaan, dan lain-lain.

Khusus untuk para mahasiswa dan alumni yang sedang merintis menjadi wirausaha, camkanlah hal-hal sebagai berikut :

  • Kewirausahaan bukan keturunan akan tetapi dapat dihasilkan melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan kewirausahaan meliputi dua aspek yaitu pendidikan mental dan kemampuan atau keahlian.
  • Sikap mental dan kemampuan yang harus dimiliki :
  1. Bersifat visioner, dapat melihat jauh kedepan. Dengan mempelajari lingkungan dan perubahan-perubahannya sehingga dapat menemukan peluang-peluang baru.
  2. Kreatif dan Inovatif, yaitu kemampuan untuk menemukan cara baru baik dalam memproduksi, memasarkan produk, dengan selalu mengajukan pertanyaan apakah dapat dirubah prosesnya, bentuknya, penampilannya, ukurannya. Sifat kreatif dan inovatif selalu mencari kemungkinan-kemungkinan baru yang lebih baik, lebih bermanfaat. Sehingga dengan sifat kreatif dan inovatif dapat menemukan peluang­peluang baru yang lebih bermanfaat.
  3. Berorientasi kepada kepuasan konsumen. Seorang wirausaha selalu memperhatikan kepuasan konsu-men sehingga karena sikapnya konsumen men jadi pelanggan tetap. Keunggulan produk dalam memenuhi kepuasan pelanggan menjadi perhatian utama. Semboyannya : Ikatlah para pelanggan dengan produk yang memuaskan konsumen yaitu cita rasa, penampilan, dan kinerjanya.
  4. Berorientasi kepada laba dan pertumbuhan. Laba merupakan sarana untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan, pemilik perusahaan, untuk perluasan usaha. bimata seorang wirausaha laba dianggap sebagai hasil dari kreativitas dan inovasi. Perusahaan yang dikelola berdasarkan kewirausahaan memiliki rencana pertumbuhan yaitu dengan meman-faatkan laba dan sumber-sumber yang berasal dari luar.
  5. Berani menanggung risiko, seorang wirausaha akan mengelola risiko dengan penuh perhitungan. Risiko yang terlalu besar akan dihindari hanya risiko yang telah diperhitungkan yang akan dijalani.
  6. Berjiwa kompetisi. Seorang wirausaha menganggap persaingan sebagai suatu hal yang normal dan akan berusaha untuk memenangkan persaingan dengan menghasilkan produk yang terbaik dengan biaya yang efisien.
  7. Cepat tanggap dan gerak cepat. Dalam pandangan seorang wirausaha yang pasti adalah ketidakpastian dan yang tetap adalah perubahan. Perubahan atau ketidakpastian itu harus disikapi dengan sikap yang responsif, cepat tanggap, cepat membuat keuputusan yang tepat.
  8. Berwirausaha sebagai bagian dari ibadah. Kepuasan seorang wirausaha apabila usahanya menciptakan lapangan kerja, penghasilan baru, menerapkan inovasi sehingga produk/jasa yang dihasilkan memuaskan pelanggan.

Demikianlah uraian singkat mengenai Peran Alumni dan Mahasiswa Sebagai Pemuda Pelopor ()alum Membangun Jiwa Wirausaha Masyarakat. Semoga bermanfaat.

Leave a comment